Wali paidi berdoa disamping
makam seorang sesepuh yg bisa juga disebut sebagai kiai tapi lebih ketara
seperti seorang kejawen, ngomongnya ceplas ceplos tanpa tendeng aling-aling,
orang banyak menggapnya kejawen karena setiap ada orang yg mengeluhkan
masalahnya pada beliau selalu dijawab dg ajaran2 jawa, bahkan sesepuh ini
pernah bilang kepada wali paidi kalau dia tahu setiap permasalah setiap orang
yg datang kpdnya dg hanya melihat hari dan pasarannya ,kalau ada orang datang
di hari rabu pahing, di waktu / jam sekian maka permasalahnya ini, melihat
hari, pasaran dan jam itu sebagai petunjuk awal beliau.
Yang menarik dan membuat
wali paidi tertawa ngakak adalah gayanya yg ceplas ceplos tanpa tedeng aling2,
wali paidi teringat diwaktu wali paidi sowan kepada beliau kala itu, Sewaktu
wali paidi duduk dan ngobrol santai dg beliau datanglah seorang santri thoriqoh
sowan kepada beliau, perasaan wali paidi jd gak enak melihat kedatangan santri
ini, karena wali paidi yakin kalau sesepuh akan menghabisinya dg komentarnya yg
ceplas-ceplos , dan gurauannya yg menyerempet bahaya
" ada apa.." tanya
sesepuh
" begini mbah saya ini
minta petunjuk, bagaimana cara menjadi salik ( pelaku thoriqoh ) yg baik,
sehingga cepat mencapai jalan menuju Allah dan makrifat kpdNya...." kata
santri
" thoriqoh itu kacangan..."
ledek sesepuh
Wali paidi yg mendengar itu
lansung tertawa ngakak, lalu sesepuh melanjutkan perkataannya
" orang thoriqoh itu
orang yg tidak tahu, sehingga butuh jalan sebagai petunjuk..."
Santri thoriqoh ini
kebingungan mendengar jawaban sesepuh ini, sesepuh memandang santri thoriqoh
ini dg tatapan tajam dan sesepuh berkata lagi dg pedasnya
" opo matamu picek,
gusti Allah itu lebih dekat dari urat nadimu, sudah dekat sekali kepadamu, trus
mengapa kamu malah ngalor ngidul menyusuri jalan, berjalan kesana kemari
mencari Allah, ya tambah jauh jadinya...."
" maka dari itu saya
minta petunjuk pada simbah, supaya hati saya bisa hudur ilallah..." kata
santri dg agak takut
" trus kalau kamu bisa
hudur kpd Allah, bisa menghadap Allah, kamu mau bilang apa kepada Allah, mau
sambat.... pingin sugih...pingin tamumu banyak...." kata sesepuh
Santri ini hanya garuk-garuk
kepala semakin kebingungan, wali paidi mulai tadi hanya bisa tertawa melihat
itu semua
" lihatlah dia..."
kata sesepuh kepada santri sambil menunjuk wali paidi
" dia itu orang
thoriqoh seperti kamu, diangkat jadi wali bukan karena thoriqohnya, tapi karena
mengganti gurunya yg sudah mati, wali apa itu, wali kacangan, ecek - ecek, gak
bahaya blas..."
Wali paidi tertawa
terpingkal-pingkal mendengar ledekan sesepuh kepadanya dan dg masih tertawa
wali paidi berkata mencoba membalas kepada sesepuh
" lumayan mbah daripada
sampeyan dari dulu jd kiai sampai tuapun gak jadi wali..."
Sesepuh ganti yg tertawa mendengar
sindiran wali paidi
" aku ora doyan,
seumpama disuruh milih, mendingan aku jadi kiai seperti ini daripada jadi wali
kacangan kayak kamu, isone mung ganteni gurune hehehehe..." balas
sesepuh
" kan tetap aja
wali..." kata wali paidi sambil menari-nari dihadapan sesepuh
Santri yang melihat kelakuan
sesepuh dan wali paidi ini jadi gak karuan perasaannya, bingung bercampur
pingin tertawa
" tugas para wali kan
menjaga masyarakat, membimbing masyarakat, gampangannya melayani masyarakat,
jadi kamu ini pelayanku dan aku ini juraganmu.." kata sesepuh ganti menari-nari
dihadapan wali paidi
" hahahahaha....."
wali paidi tertawa
Wali paidi tersenyum sendiri
kalau mengingat peristiwa itu, sambil melihat pusara makamnya,
wali paidi berkata dihatinya
" bisa jadi beliau ini wali yg derajadnya tinggi sehingga aku tidak
mengetahui kewaliannya atau Allah punya pasukan khusus yg terdiri bukan dari
kalangan wali, tapi kedudukannya diatas para wali....ah...memang betul apa kata
sesepuh aku ini memang kacangan....."
No comments:
Post a Comment