Friday, 9 December 2016

Sejarah Berdirinya Patung Pancoran Dirgantara



Monumen patung dirgantara atau yang lebih dikenal dengan Patung Pancoran adalah merupakan salah satu monumen yang terletak di Jakarta, tepatnya di kawasan pancoran daerah Jakarta Selatan. Patung yang berdiri kokoh diatas tugu miring yang membelah fly over dikawasan pancoran ini dibangun pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno, yaitu pada tahun 1964-1965. Banyak warga Jakarta yang hanya mengenal nama patung ini sebagai Patung Pancoran dikarenakan letaknya yang berada di kawasan pancoran, namun tidak mengetahui bahwa sebenarnya patung ini bernama Patung Dirgantara.
Patung Pancoran ini dikerjakan oleh pematung keluarga Arca Yogyakarta pimpinan Edhi Sunarso (kelahiran Salatiga, 2 Juli 1932). Ide pembuatannya lahir dari Presiden Soekarno yang menghendaki agar dibuat sebuah patung mengenai kekuatan dan kemegahan dunia penerbangan Indonesia atau kedirgantaraan. Patung ini selayaknya menggambarkan manusia angkasa yang berarti menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa.
Pada awalnya pengerjaannya, Bung Karno lah yang langsung menjadi modelnya. Sebelum maket patung dikerjakan oleh Bapak Edhi Sunarso, Bung Karno berkali-kali memperagakan bagaimana bentuk patung nya harus berdiri. Biaya pemasangan patung ini pembiayaannya berasal dari kantong pribadi Bung Karno, yaitu dengan menjual sebuah mobil pribadinya.
Proses pemasangan Patung Pancoran (Dirgantara) selalu ditunggui oleh Bung Karno, sehingga kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas menjaga keamanan sang kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja yaitu dengan menggunakan Derek tarikan tangan. Patung yang berat keseluruhannya 11 ton tersebut terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing beratnya 1 ton.
Walau masih terdapat perdebatan dari masyarakat terhadap makna setiap bentuk patung tersebut, seperti halnya yang masih misteri , yaitu bentuk patung yang menyerupai posisi atlet yang telah melempar cakramnya, tangan kirinya yang menukik ke belakang berposisi seperti memegang piringan, dan lain-lain. Patung ini sebenarnya mempunyai filosofi yang maknanya melambangkan keberanian, kesatriaan dan kedirgantaraan yang didasarkan pada kejujuran, keberanian dan semangat mengabdi.

Pembuatan Patung Pancoran (Dirgantara):
Konon biaya pembuatan dan pemasangan patung pancoran ini juga berasal dari kantong pribadi Bung Karno, yaitu dengan menjual sebuah mobil pribadi kesayangannya. Dahulu mobil presiden bernilai sangat mahal pada zamannya (perbandingan zaman sekarang sama halnya dengan harga mobil lamborighini Gallardo MurciƩlago LP 670-4 SuperVeloce sekitar 9,5 M ).Bung Karno ingin segera melihat patung itu didirikan dengan megahnya di Jakarta. Hal itu merupakan kebanggaan tersendiri baginya. Karena itu biaya untuk pembuatan patung dipikul sendiri dengan cara menjual mobil pribadi dan sampai-sampai dalam pembuatannya, beliau secara langsung mengawasi selama pekerjaan tersebut sehingga merepotkan dalam pengawalannya.Sayang keinginan untuksegera melihat hasil karya itu agak terganggu dengan meletusnya G30S/PKI di Indonesia yang membawa korban para jenderal dan rakyat. Bahkan patung itu disebut-sebut sebagai alat pencungkil mata dari orang-orang PKI. Sesuatu yang disangkal Bung Karno dengan segera meresmikan patung tersebut sebagai jawabannya, dua tahun setelah awal pembangunannya (1964-1965).
Patung ini terbuat dari bahan perunggu, dengan berat patung 11 ton, Tinggi patung 11 meter, sementara tinggi voetstuk (kaki patung) 27 meter, dikerjakan oleh PN Hutama Karya dengan IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana.

Mitos Patung Pancoran (Dirgantara)
Setelah berdirinya patung dirgantara atau sekarang lebih dikenal sebagai patung pancoran (dirgantara) , terdengar mitos yang beredar di masyarakat jakarta, antara lain :
Konon patung pancoran tidak hanya melambangkan keperkasaan dirgantara tetapi juga sebagai salah satu petunjuk untuk menunjuk sebuah tempat dimana bung karno meletakkan harta kekayaannya yang dipercaya dapat melunasi hutang negara. Lokasi yang diperkirakan yaitu Taman Monumen Pahlawan Proklamasi Kemerdekaan Soekarno-Hatta, Kawasan Monas dan Istana Negara, lapangan Banteng, Mesjid Istiqlal, Graha Angkasa Pura, bahkan ada yang berpendapat ditenggelamkan di sebelah utara pantai ancol.
Sebagian orang juga mempercayai bahwa patung ini menghadap ke sebuah pelabuhan sunda kelapa yang merupakan jantung peradaban bangsa indonesia selama dijajah belanda, sehingga dapat menginspirasikan penerus bangsa agar terus mengenang pentingnya sejarah pelabuhan sunda kelapa.

Konon patung ini sengaja dihadapkan ke utara sebagai tujuan untuk menentukan arah. Disamping kemegahan patung pancoran itu, arah penghadapannya keutara bermakna dalam mata angin sebagai arah menuju kedepan, sehingga diharapkan bahwa Dirgantara Indonesia akan terus maju dan terdepan.

No comments:

Post a Comment