Monday, 5 December 2016

Sangkuriang


Dahulu kala di Parahyangan hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai anak bernama Sangkuriang. Sangkuriang mempunyai teman setia yang selalu mengawalnya ke manapun ia pergi, yaitu seekor anjing yang bernama Si Tumang.
Suatu hari Sangkuriang berburu ke hutan di temani Si Tumang. Ia berjanji akan menghadiahkan hati rusa kepada ibunya. Namun sayang, hari itu tak satupun binatang di temuinya. Sangkuriang bingung, karena ia telah menjanjikan hati rusa untuk ibunya. Karena bingung, ia jadi tidak bisa berpikir jernih. Tanpa piker panjang, ia membunuh Si Tumang dan mengambil hatinya. Ia berikan hati itu pada ibunya.
Entah bagaimana, akhirnya ibunya tahu bahwa itu adalah hati Si Tumang. Maka marahlah ibunya. Ia menganggap Sangkuriang tak tahu balas budi pada Si Tumang yang telah setia menemaninya. Saking marahnya, sontak dipukulkannya sendok kayu yang tengah dipegangnya, dan mengenai kepala Sangkuriang. Sangkuriang sangat kaget. Ia tak menyangka ibunya akan semarah itu. Dengan penuh rasa kecewa, pergilah Sangkuriang.
Dayang Sumbi sangat menyesal. Tak henti-hentinya ia berdo’a agar dipertemukan kembali dengan anaknya. Karena ketulusan dan kebersihan hati Dayang Sumbi, maka Tuhan mengaruniakan wajah yang awet muda.
Setelah sekian lama pergi, Sangkuriang kini telah tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Ia bermaksud pulang ke kampung halamannya. Di tengah jalan ia bertemu dengan perempuan yang sangat cantik jelita. Sangkuriang jatuh hati. Ia pun segera melamar perempuan tersebut.
Suatu hari, saat ikat kepala Sangkuriang lepas, calon istrinya membantunya memakaikan ikat kepala tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat bekas luka di kepala pemuda itu. Yakinlah ia bahwa calon suaminya itu adalah Sangkuriang, anaknya sendiri. Perempuan cantik itu, yang tak lain adalah Dayang Sumbi yang tetap awet muda, menjadi sangat gusar. Ia tak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Maka iapun berpikir keras mencari cara agar pernikahan tidak jadi terlaksana.
Akhirnya ia menemukan cara. Ia bersedia menikah dengan pemuda itu asal pemuda itu bisa membuatkan perahu besar dan telaga untuknya sebelum fajar menyingsing. Sangkuriang menyanggupinya.
Hari masih malam. Namun pembuatan perahu dan telaga hampir selesai. Dayang Sumbi sangat panik. Ia berpikir keras, mencari cara agar pembuatan perahu dan telaga tidak selesai. Dayang Sumbi menemukan cara. Ia membentangkan kain merah yang sangat lebar. Ia pun membuat suara-suara gaduh untuk membangunkan ayam jantan. Ayam-ayam terbangun. Melihat cahaya kemerahan dan mendengar suara-suara gaduh, ayam-ayam mengira hari telah pagi. Merekapun berkokok.

Sangkuriang yang mendengar kokok ayam mengira hari telah pagi. Ia sadar usahanya gagal. Ia marah karena tidak bisa menikahi perempuan cantik yang ia idam-idamkan. Maka ditendanglah perahu buatannya hingga tertelungkup, dan seketika menjelma menjadi sebuah gunung, yang kini dikenal dengan nama Gunung Tangkuban Perahu. Dan sungai Citarum yang ia bendung pun di jebolnya lagi hingga airnya meluap menjadi danau.

No comments:

Post a Comment