Friday, 25 November 2016

Adirata


Adirata



Adirata adalah seorang kusir dan merupakan ayah angkat Adipati Karna. Ia menjabat sebagai kusir Raja Destarata.
Adirata memungut Karna (Radheya) di sungai Gangga. Mulanya Adirata melihat sesuatu berkilauan di tengah sungai, seperti permata yang mengambang. Namun setelah benda tersebut mendekat, Adirata sadar bahwa benda itu adalah sebuah kotak. Kemudian ia berenang untuk meraih kotak tersebut, dan mendapati bahwa di dalamnya terdapat seorang bayi. Di dalam kotak tersebut juga terbungkus baju zirah dan anting-anting.
Setelah memungut bayi tersebut, Adirata segera memberitahu istrinya, yaitu Radha. Kemudian mereka menamai bayi tersebut Wasusena, karena pada saat ditemukan, anak tersebut disertai dengan baju zirah dan anting-anting. Namun, Adirata sering memanggilnya Radheya, yang secara harfiah berarti putra Radha.
Adirata dan Radha merawat Radheya dengan penuh kasih sayang. Pada saat Radheya berusia enam belas tahun, Adirata membelikannya sebuah kereta dan kuda. Namun minat Radheya mengarah kepada ilmu perang dan panah. Ia tidak tertarik untuk menjadi seorang kusir seperti ayahnya. Dengan mengamati kepribadian tersebut, Adirata yakin bahwa Radheya merupakan keturunan ksatriya. Kemudian, karena merasa Radheya sudah cukup dewasa untuk mengetahui asal-usulnya, maka Adirata dan Radha pun menceritakan masa lalu Radheya. Mereka juga memberitahukan dimana ia dipungut dan bagaimana keadaannya pada saat itu. Setelah mendengar penjelasan orangtuanya, Radheya pergi merantau, lalu berguru pada Parasurama (Rama Bhargawa) untuk menjadi seorang kesatria.
Bertahun-tahun kemudian, pada saat sebuah turnamen diselenggarakan di Hastinapura, Radheya turut serta meski tak diundang. Pada acara tersebut, Duryodana mengangkat Radheya menjadi raja di Angga, sebab wilayah tersebut belum memiliki raja. Setelah mengetahui anaknya dinobatkan sebagai raja, Adirata meuncul di tengah kerumunan penduduk Hastinapura untuk memberi doa restu pada Radheya. Kemunculan Radheya tersebut menjadi bahan ejekan bagi Bima, sebab Radheya yang dianggapnya seorang kesatria, ternyata hanyalah putra seorang kusir. Mendengar ejekan tersebut, Radheya hanya bisa menahan marah, sedangkan Duryodana membelanya.

No comments:

Post a Comment