Bisma
Sesuai
takdir dewata, Bhisma berumur sangat panjang. Apalagi ia juga mewarisi Aji
Swasshandamarana dari ayahnya, dimana dengan memiliki Aji Swasshandamarana,
maka Bisma akan menjalani hidup di dunia sangat lama. Bhisma hidup dalam tujuh
masa pemerintahan kerajaan Astina sejak jaman pemerintahan ayahnya, Prabu
Sentanu, kemudian Prabu Citranggada, Prabu Wicitrawirya, Prabu Kresna Dwipayana
(Abyasa), Prabu, Prabu Drestarastra dan terakhir Prabu Duryudana.
Sebagai
generasi ke VI (enam) dari wangsa Kuru, Bhisma juga benar-benar melaksanakan
dharma untuk wangsa Kuru, wangsa yang dibangun oleh Prabu Kuru, raja ke21
negara Astina. Prabu Kuru adalah putra Prabu Sumbarana dengan Dewi Tapati,
putri Sanghyang Aditya, dan merupakan generasi ke-5 dari Prabu Hasti, atau
keturunan ke-29 dari Bhatara Darma. Prabu Kuru pula yang telah membangun tanah
Kurusetra sebagai tempat pemujaan bagi anak keturunannya dan rakyat Astina.
Resi
Bisma yang waktu mudanya bernama Dewabrata, adalah putra Prabu Santanu, raja
negara Astina dengan Dewi Gangga/Dewi Jahnawi. Karena itu ia juga dikenal
dengan nama Ganggadata. Bisma yang sejak lahir ditinggal ibunya, akhirnya
disusui oleh Dewi Durgandini. Ia menjadi saudara satu susu dengan Abiyasa, putra
Durgandini dengan Palasara.
Bisma
memiliki watak pribadi ; sangat berbakti kepada ayahnya, sayang kepada
keluarganya, memegang teguh segala apa telah dijanjikan. Bisma merelakan tahta
negara Astina kepada Dewi Durgandini/Dewi Setyawati sebagai
persyaratan/maskawin kesediaan Dewi Durgandini menjadi istri ayahnya, Prabu
Santanu. Ia melakukan sumpah wadat, tidak akan kawin karena brahmacari. Karena
keluhurannya budinya itu, Bisma mendapat anugrah Dewata, tidak dapat mati kalau
tidak atas kehendaknya sendiri. Ia tinggal di kesatrian Talkanda, masih dalam
wilayah negara Astina.
Dengan
kesaktiannya, Bisma memenangkan sayembara di negara Kasi, dan memboyong Dewi
Amba, Dewi Ambika dan Dewi Ambiki/Ambalika, ketiganya putri Prabu Darmahambara
dengan Dewi Swargandini ke negara Astina. Dewi Ambika dikawinkan dengan
Citragada, sedangkan Dewi Ambiki dengan Wicitrawirya. Sayang, akhirnya Bisma
berutang pati dengan Dewi Amba, karena tanpa sengaja telah membunuh wanita
tersebut.
Sumpah
Dewi Amba yang akan membalas dendam pada Bisma, dibuktikan dalam perang
Bharatayuda. Arwah Dewi Amba manunggal dalam tubuh Dewi Srikandi, yang menjadi
perantara kematian Resi Bisma.
No comments:
Post a Comment