Pada suatu hari nabi
Sulaiman as akan pergi ke kamar kecil, maka cincin tersebut dititipkan kepada
bawahan yang dipercayainya. Di atas cincin itu tertulis nama Allah SWT. Ketika
Nabi Sulaiman as berada di kamar kecil itulah setan datang dan mendekati
bawahannya yang membawa cincin. Rupa dan bentuk setan itu sama persis dengan
Nabi Sulaiman as. Sang ajudan pun tidak ragu sedikitpun, lalu diserahkannya
cincin itu kepada setan yang menjelma menjadi Nabi Sulaiman as tersebut.
Setelah itu, setan itu
memakai cincin itu di jari manisnya.
Setan kemudian menghadap para hulu balang dan duduk dengan tenangnya di atas singgasana kerajaan Nabi Sulaiman as. Saat itu pula maka datanglah semua anggota kerajaan baik yang dari golongan jin maupun manusia, para burung dan binatang lainnya. Mereka semua mengira bahwa yang duduk di singgasana itu adalah Nabi Sulaiman as yang asli.
Setan kemudian menghadap para hulu balang dan duduk dengan tenangnya di atas singgasana kerajaan Nabi Sulaiman as. Saat itu pula maka datanglah semua anggota kerajaan baik yang dari golongan jin maupun manusia, para burung dan binatang lainnya. Mereka semua mengira bahwa yang duduk di singgasana itu adalah Nabi Sulaiman as yang asli.
Ketika Nabi Sulaiman as
keluar dari kamar kecil, ia meminta cincin dari anak buahnya tadi, dan betapa
kagetnya si anak buah karena cincin tadi telah diberikan kepada Sang Raja. Si
anak buah dengan wajah agak heran, lalu bertanya kepada Sang Raja,
"Wahai Sang Raja,
siapakah Anda ini?"
"Aku adalah Rajamu
wahai pengawalku."
"Ampun paduka,
bukankah Tuanku tadi telah meminta cincin tersebut lalu segera pergi keluar dan
duduk di singgasana kerajaan..?"
Benar saja, Nabi Sulaiman
as telah mengetahui bahwa sesungguhnya setanlah yang telah menipu para
pengawalnya.
Nabi Sulaiman as akhirnya
memutuskan untuk pergi meninggalkan istana menuju tempat yang sepi, yaitu di
hutan. Dalam perjalanannya yang jauh itu, kadang-kadang beliau terpaksa meminta
makanan kepada penduduk sekitar.
Orang-orang kampung
bertanya,
"Wahai Saudara, siapakah
Anda ini?"
"Aku adalah Sulaiman
bin Dawud," jawab Nabi Sulaiman as.
"Kami tidak percaya.
Kalau engkau adalah Sulaiman bin Dawud, pastilah engkau memakai cincin yang
bertuliskan Allah SWT," sergah salah seorang penduduk.
Orang-orang penduduk
sekitar tidak percaya sama sekali dengan pernyataan Nabi Sulaiman as.
Akhirnya Nabi Sulaiman
melanjutkan perjalanan lagi, mengembara selama 40 hari 40 malam dengan
menanggung rasa lapar yang amat sangat dan pakaian yang compang-camping, lagi
kepalanya terbuka. Beliau datang ke pesisir pantai dan berteman dengan para
nelayan yang mencari ikan di laut.
·
Dibantu Anak Buahnya yang Alim
Pada suatu hari, Ashif bin
Barkhaya (seseorang yang diberi ilmu oleh Allah SWT, yang juga anak buah Nabi
Sulaiman) berkata kepada kaum Bani Israil, bahwa cincin Nabi Sulaiman as telah
diambil alih oleh setan, lalu Nabi Sulaiman as pergi. Ketika setan sedang
sedang duduk di singgasana kerajaan, Ashif menolak dengan tegas bahwa dia
bukanlah Nabi Sulaiman as. Maka setan itu pun akhirnya lari dan membuang cincin
itu ke tengah laut dan dimakan ikan.
Dari situlah Allah SWT
mengarahkan Nabi-Nya ke tempat para nelayan dengan tujuan agar Nabi Sulaiman as
memburu ikan yang menelan cincinnya itu. Atas perintah Allah SWT, ikan itu
merapat ke pinggir dan berhasil ditangkat oleh Nabi Sulaiman as. Setelah itu,
perut ikan itu dibedah dan ditemukan sebuah cincin yang beliau cari.
Setelah cincin diambil dan
dipakai, Nabi Sulaiman as langsung sujud syukur kepada Allah SWT.
Nabi Sulaiman as akhirnya
dapat memimpin kerajaannya kembali seperti sedia kala.
Allah SWT berfirman,
"Dan Sesungguhnya
Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya
sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat."
(QS. As-Shaad: 34)
No comments:
Post a Comment