Zaid
bin Su'nah al Israili adalah seorang pendeta Yahudi. Ia telah menyaksikan
tanda-tanda kenabian yang diramalkan dalam kitab Taurat ada pada diri Nabi SAW,
kecuali dua hal, yaitu kesabaran beliau dalam mengatasi suatu perbuatan bodoh,
dan suatu perbuatan bodoh yang menimpa beliau, tidaklah membuat beliau
bertambah kecuali kesabarannya. Ia menunggu kesempatan agar bisa menyaksikan
sifat-sifat tersebut sehingga lengkaplah tanda-tanda itu sebagaimana dimuat
dalam Taurat.
Suatu
saat ia melihat Nabi SAW keluar dari rumah istrinya diikuti oleh Ali bin Abi
Thalib. Seorang badui mendatangi beliau, masih tetap di atas tunggangannya,
sang badui ini berkata, "Wahai Rasulullah, aku mempunyai beberapa teman di
Bani Fulan, aku pernah berkata kepada mereka bahwa jika mereka memeluk Islam,
rezekinya akan melimpah, maka merekapun memeluk Islam. Sekarang ini mereka sedang
mengalami musibah kemarau, kepayahan dan hujan yang tidak turun. Aku khawatir
jika mereka terus dalampenderitaan ini, mereka akan meninggalkan Islam
sebagaimana dulu mereka bersemangat masuk Islam. Jika engkau ingin mengirimkan
bantuan untuk mengurangi penderitaan mereka, sebaiknya segera engkau
lakukan."
Nabi
SAW menoleh kepada Ali bin Abi Thalib yang berada di sampingnya, Ali mengerti
isyarat itu, dan berkata, "Wahai Rasulullah, tidak ada sesuatupun yang
tersisa!"
Melihat
kondisi tsb. muncullah suatu rencana di benak Zaid. Ia mendatangi Rasulullah
SAW dan berkata, Wahai Muhammad, maukah engkau berhutang uang senilai kurma
seberat sekian padaku, dengan syarat ngkau akan memberikan hasil kurma dari
kebun Bani Fulan seberat sekian, sampai masa tertentu?"
Rasulullah SAW
ternyata menyetujuinya, tetapi tanpa persyaratan kebun Bani Fulan. Zaid
mengeluarkan kantong uangnya dan memberikan delapanpuluh keping uang emas
kepada Nabi SAW. Kemudian beliau memberikanuang emas tersebut kepada lelaki
badui, dan bersabda “Berbuat adillah kamu kepada mereka, dan bantulah kesulitan
mereka!"
Lelaki
badui menerimanya dan mengucap terima kasih kepada beliau, kemudian berlalu
pergi. Dua atau tiga hari sebelum waktu yang telah ditentukan, Zaid melihat
Rasuilullah SAW keluar bersama Abu Bakar, Umar, Utsman dan beberapa sahabat
lainnya. Setelah menyalati seorang jenazah, Beliau bersandar pada suatu
dinding. Sesuai dengan yang direncanakannya, Zaid mendekati Rasulullah SAW, dan
menarik tempat bertemunya baju dan selendang di pundak Nabi SAW. Dengan wajah
yang dibuat bengis, ia berkata,“Hai Muhammad, apakah engkau tidak mau
menunaikan hakku (pembayaran utang)? Demi Allah, aku tidak mengetahui mengenai
Bani Abdul Muthalib melainkan mereka adalah orang-orang yang suka menangguhkan
pembayaran utangnya. Sekarang aku telah mempunyai pengetahuan bagaimana
mempergauli mereka."
Zaid
memandang kepada Umar RA, kedua mata Umar berputar-putar bagaikan bintang
karena marah. Ia melemparkan pandangannya kepada Zaid seraya berkata, “Kamu
berani mengatakan kepada Rasulullah SAW apa yang barusan kudengar? Kamu berani
memperbuat kepada Beliau apa yang baru saja kusaksikan? Demi Dzat Yang memegang
nyawaku, kalau bukan karena sesuatu hal yang aku khawatirkan akan hilang, sudah
pasti aku akan memenggal lehermu!"
Rasulullah
memandang Zaid dengan tenang dan sabar, lalu berkata,"Hai Umar, kami lebih
membutuhkan selain kemarahanmu itu. Sebaiknya kamu menyarankan kepadaku untuk
menunaikan/membayar utangnya dengan baik, dan kamu menyarankan kepadanya untuk
menagih dengan cara yang baik. Pergilah bersamanya Umar, lalu berikan haknya
dan lebihkan pembayaran utangnya dengan duapuluh sha' kurma sebagai ganti
tindakanmu yang membuatnya takut.”
Umar
pergi ke tempat seperti diperintahkan Nabi SAW, dan Zaid pergi mengikuti Umar.
Setelah utang dibayar dengan jumlah kurma yang dijanjikan, Umar menambahkannya
duapuluh sha' lagi. Zaid bertanya, "Apakah maksud tambahan ini, hai
Umar?"
"Rasulullah
memerintahkan aku menambah duapuluh sha' ini sebagai ganti tindakanku yang
telah membuat dirimu takut." Umar menjelaskan.
"Apakah
engkau tidak mengenaliku, wahai Umar." Tanya Zaid,
Umar
menggeleng tidak tahu, Zaid berkata lagi, "Aku adalah Zaid bin
Su'nah."
Umar
tersentak kaget, "Pendeta Yahudi itu?"
Zaid
mengiyakan, Umar bertanya lagi, "Mengapa engkau melakukan ini terhadap
Rasulullah SAW?"
Zaid
pun menjelaskan apa yang melatarbelakangi tindakannya. Dan akhirnya ia berkata
pada Umar, "Sekarang ini aku telah tahu dua hal yang selama ini belum
kusaksikan dalam diri Rasulullah, maka aku persaksikan kepadamu hai Umar, aku
ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad adalah Nabi
dan RasulNya. Dan aku persaksikan juga padamu, Umar, bahwa separuh
hartaku-karena aku orang Madinah yang paling banyak hartanya- aku serahkan
untuk sedekah kepada ummat Muhammad."
Umar
berkata, "Atau untuk sebagian dari mereka saja, karena sesungguhnya engkau
tidak bisa memberi sedekah pada mereka semua."
Kata Zaid,
"Atau untuk sebagian dari mereka."Zaid dan Umar kembali menghadap
Rasulullah SAW, Zaid bersyahadat dan menyatakan keislaman di hadapanbeliau. Ia
terus menyertai Rasulullah dalam berbagai pertempuran, dan akhirnya menemui
syahid di Perang Tabuk.
No comments:
Post a Comment