Urwah
bin Mas'ud masih kafir ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, bahkan ia menjadi
utusan kaum kafir Quraisy untuk mencegah niat Nabi SAW dan para sahabat yang
akan melaksanakan umrah. Ketika berbincang dengan Nabi SAW, ia berusaha
memegang janggut beliau, suatu kebiasaan orang arab ketika sedang
bercakap-cakap. Tetapi ada seorang lelaki yang selalu memukul tangannya dengan
sarung pedang, ketika ia mengulurkan tangannya, sambil berkata, "Undurkan
tanganmu dari janggut Rasulullah SAW!"
Ketika
ia tahu orang tersebut adalah Mughirah bin Syu'bah, ia menjadi marah, karena
pada masa jahiliah ia pernah membantu Mughirah ketika ia mengalami permasalahan
yang bisa membuat nyawanya melayang. Tetapi ia tidak bisa berbuat banyak,
karena ia melihat begitu kuatnya ikatan persaudaraan orang muslim saat itu.
Bahkan Rasulullah SAW sendiri menyatakan pembelaannya atas Mughirah,
terlepas dari apa yang dilakukannya pada masa jahiliah.
Urwah
bin Mas'ud RA adalah salah satu pemuka bani Tsaqif di Thaif, satu kabilah yang
terlibat dalam sekutu untuk memerangi Nabi SAW di perang Hunain, yang sangat
dicintai dan ditaati kaumnya. Usai peperangan yang dimenangkan oleh kaum
muslimin, hatinya tergerak untuk memeluk Islam, iapun berusaha menemui Nabi
SAW, tetapi beliausudah berangkat meninggalkan Makkah.
Tekadnya
yang sudah menguat membuat Urwah memacu untanya untuk mengejar rombongan kaum
muslimin, dan berhasil menyusul beliau di suatu tempat dekat Madinah. Di
hadapan Nabi SAW, ia berba'iat memeluk Islam dan dengan gembira Nabi SAW
menerimanya. Urwah meminta ijin untuk kembali kepada kaumnya untuk mendakwahkan
Islam, tetapi Rasulullah SAW melarangnya. Beliau tahu betul bahwa kabilah tsb.
sangat kuat penolakannnya kepada penyeru dari kaumnya sendiri, beliau
mengkhawatirkan keselamatan Urwah.
Urwah
bin Mas’ud yang telah merasakan manisnya iman, merasakan sejuknya jiwa bersama
Rasulullah SAW, ingin sekali mengajak serta kaum kerabatnya yang mencintai dan
dicintainya, merasakan hal yang sama. Karena itu dengan agak memaksa ia tetap
meminta ijin kepadaNabi SAW. Ia berdalih kepada beliau, "Wahai Rasulullah,
aku adalah orang yang sangat disukai oleh mereka, lebih besar daripada
kecintaan mereka pada anak-anak perempuannya sendiri..!"
Melihat
begitu besar keinginannya untuk menyeru kaumnya kepada kebenaran, Nabi SAW
akhirnya mengijinkannya. Urwah segera memacu tunggangannyakembali ke
keluarganya di Thaif. Ketika sampai di rumahnya pada waktu isya', beberapa
orang menyambutnya dan mengucapkan salam dengan salam jahiliah sebagaimana
biasanya, tetapi Urwah tidak menjawab salam itu, ia justru berkata,
"Hendaklah kalian mengucapkan salam dengan ucapan salam ahli jannah, yakni
Assalamualaikum…"
Mendengar
ucapannya itu, mereka menjadi marah dan menyakitinya, tetapi Urwah tetap
memperlakukan mereka dengan lembut. Beberapa tokoh bani Tsaqif berkumpul untuk
menentukan tindakan selanjutnya terhadap Urwah yang dianggapnya telah murtad.
Ketika
fajar menyingsing, Urwah berdiri di bagian atas rumahnya dan beradzan untuk
shalat subuh. Orang-orang keluar menuju rumah Urwah, mereka melempari dan
memanah ke arah Urwah, seseorang dari bani Malik bernama Aus bin Auf berhasil
memanahnya sehingga Urwah terluka parah. Melihat keadaan ini, beberapa kerabat
Urwah menyiapkan senjata untuk membalas bani Malik, di antaranya adalah Ghailan
bin Salamah, Kinanah bin Abdul YaLil, Hakim bin Amrudan beberapa orang dari
bani Ahlaf. Tetapi Urwah mencegah niat mereka, ia berkata, "Janganlah
membunuh mereka karena aku, sesungguhnya aku bersedekah dengan darahku ini
untuk memperbaiki hubungan di antara kalian!!"
Seseorang
bertanya kepadanya, "Apa pendapatmu mengenai darahmu yang mengalir ini?
"Ini
adalah kemuliaan, yang Allah telah memuliakan aku, dan persaksian yang Allah
berikan kepadaku. Tiada sesuatupun pada diriku melainkan apa yang ada pada
mereka yang syahid bersama Rasulullah SAW, karena itu kuburkanlah aku bersama mereka."
Kata Urwah pada detik-detik terakhir sebelum kematiannya.
Memang,
setelah kekalahannya di perang Hunain, sebagian besar pasukan musyrik lari ke
Thaif dan bertahan di sana. Nabi SAW memimpin pengepungan benteng Thaif selama
beberapa hari dan melakukan penyerangan. Lebih kurang duapuluh orang muslim
mati syahid dan dimakamkan disana. Bersama mereka inilah Urwah bin Mas'ud ingin
dimakamkan.
Ketika
peristiwa pembunuhan Urwah bin Mas’ud ini sampai kepada Rasulullah SAW, beliau
bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan Urwah di antara kaumnya adalah seperti
sahabat Yasin di antara kaumnya."
Yang
dimaksud Nabi SAW dengan sahabat Yasin adalah Habib (Khubaib) An Najjar, yang
menyeru penduduk kotaThakiyyah agar mereka beriman kepada utusan Nabi Isa AS,
tetapi mereka justru membunuhnya. Suatu peristiwa yang diabadikan Allah dalam
Al Qur'an Surah Yasin ayat 20-21.
No comments:
Post a Comment