Antasena
Antasena
adalah Putra Bima/Werkudara, salah satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi
Urangayu, putri Hyang Mintuna (Dewa ikan air tawar) di Kisiknarmada. Ia
mempunyai 2 (dua) orang saudara seayah lain ibu, yaitu : Antareja, putra Dewi
Nagagini, dan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi.
Anantasena,
atau sering disingkat Antasena adalah nama salah satu tokoh pewayangan yang
tidak terdapat dalam naskah Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan para
pujangga Jawa. Tokoh ini dikenal sebagai putra bungsu Bimasena, serta saudara
lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca.
Antasena
digambarkan berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian. Dalam
berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga
seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan
kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.
Dalam
hal kesaktian, Antasena dikisahkan sebagai putra Bima yang paling sakti. Ia
mampu terbang, amblas ke dalam bumi, serta menyelam di air. Kulitnya terlindung
oleh sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata.
Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Bharatayuda.
Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Bharatayuda.
Ketika
itu Wisanggeni dan Antasena menghadap Sanghyang Wenang, leluhur para dewa untuk
meminta restu atas kemenangan Pandawa dalam menghadapi Korawa. Sanghyang Wenang
menyatakan bahwa jika keduanya ikut berperang justru akan membuat pihak Pandawa
kalah. Wisanggeni dan Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia.
Keduanya kemudian menyusut sedikit-demi sedikit dan akhirnya musnah sama sekali
di kahyangan Sanghyang Wenang.
No comments:
Post a Comment