Suatu
saat Abdullah bin Rawahah tiba-tiba saja menangis, melihat keadaan itu istrinya
ikut menangis, iapun bertanya kepada istrinya, "Mengapa engkau ikut
menangis?"
"Apa
yang menyebabkan engkau menangis, itulah yang membuatku ikut menangis."
Kata istrinya.
Mendengar
jawaban itu, Abdullah berkata, "Ketika aku ingat, bahwa aku akan
menyeberangi neraka melalui shirat, aku tidak tahu apakah aku akan selamat atau
akan celaka?"
Ketika
Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan ke Mu'tah, Beliau berpesan bahwa pimpinan
pasukan adalah Zaid bin Haritsah, jika ia gugur penggantinya adalah Ja'far bin
Abu Thalib, dan jika Ja'far gugur penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah.
Saat
itu hari jum'at, saat pasukan telah berangkat, Ibnu Rawahah tidak ikut serta
karena ingin shalat jum'at dahulu bersama Rasulullah SAW, baru setelah itu ia
akan menyusul. Usai shalat jum'at, ketika Nabi SAW melihat Ibnu Rawahah, Beliau
bertanya, "Apa yang menghalangimu untuk berangkat pagi-pagi bersama
sahabat-sahabatmu?"
Ibnu
Rawahah menjelaskan kalau masih ingin shalat jum'at bersama Beliau, tetapi
justru Nabi SAW mencela sikapnya itu. Beliau bersabda, "Jika engkau mampu
bersedekah dengan semua yang ada di muka bumi, tentu engkau tidak akan mencapai
pahala yang mereka peroleh sejak pagi ini!"
Mendengar
teguran Nabi SAW tersebut, Ibnu Rawahah segera memacu tunggangannya menyusul
induk pasukan yang telah berangkat, dan langsung bergabung dengan mereka.
Ketika
pasukan muslim telah berkemah di Maan, mereka memperoleh berita bahwa Hiraqla
(Hiraklius) juga telah berkemah di Maab, di wilayah Balqa, dengan seratus ribu
pasukannya, ditambah dengan seratus ribu pasukan dari para sekutunya. Sementara
pasukan muslim hanya sekitar tiga ribu orang. Beberapa sahabat mengusulkan
untuk mengirimkan surat kepada Nabi SAW tentang jumlah musuh yang harus mereka
hadapi, sehingga beliau akan menambah jumlah pasukan, atau beliau akan memberi
perintah lain.
Mendengar
usulan tersebut, Abdullah bin Rawahah berkata, "Wahai sahabat-sahabatku,
Demi Allah, sesungguhnya apa yang kalian tidak suka, itulah yang sebenarnya
kita cari, yakni kesyahidan. Kita memerangi musuh tidak karena jumlah dan kekuatan
mereka, tetapi karena agama ini yang dengannya Allah telah memuliakan kita.
Marilah...sesungguhnya apapun akhirnya hanya kebaikan bagi kita, kemenangan
atau kesyahidan…"
Sebagian
besar sahabat membenarkan pendapat Ibnu Rawahah, mereka bergerak mendekati
posisi pasukan Romawi yang kemudian bertemu di daerah Mu'tah. Pertempuran tidak
berimbang terjadi dengan sengitnya, tetapi itu tidak mengurangi semangat
pasukan muslim untuk terus berjuang. Zaid gugur, panji diambil Ja'far bin Abu
Thalib. Ketika Ja'far juga gugur, Abdullah bin Rawahah mengambil alih panji
tersebut dan meneruskan pertempuran. Ia bergerak sambil bersyair untuk
menyemangati diri dan anggota pasukannya.
Ketika
pertempuran terhenti sejenak, seorang lelaki dari bani Murrah bin Auf
mendekatinya dan memberikan sepotong tulang berdaging, sambil berkata,
"Kuatkanlah punggungmu dengan daging ini, karena engkau telah mengalami
kelaparan hari-hari ini..!"
Ibnu
Rawahah memakan sedikit dagingnya, kemudian terdengar suara menderu pertanda
adanya serangan. Ia berseru, "Sesungguhnya engkau hanyalah dunia…"
Ia mencampakkan
daging tersebut dan mengambil pedangnya kemudian berperang menghadang serangan
musuh sehingga ia menemui syahidnya.
Tiga orang panglima
perang yang ditunjuk Rasulullah SAW telah gugur. Sempat terjadi kebingungan dan
hampir saja pasukan muslim ditumpas habis oleh pasukan Romawi. Kemudian komando
pasukan diserahkan kepada Khalid bin Walid atas persetujuan dan kesepakatan
para sahabat yang lebih senior dalam keislaman. Ketika itu Khalid bin Walid
memang baru memeluk Islam. Dengan strategi dan keahliannya memimpin pasukan, ia
berhasil lolos dari kepungan pasukan Romawi dan terhindar dari kemusnahan total
(terbunuh semua).
No comments:
Post a Comment