Amr
bin Jamuh RA adalah pemuka dari Bani Salimah, kisah keislamannya termasuk unik.
Semua itu berasal dari keisengan dua pemuda Bani Salimah yang telah memeluk
Islam, yang salah satunya adalah anaknya sendiri, yaitu Muadz bin Amr bin Jamuh
dan Muadz bin Jabal, keduanya memeluk Islam dan berba'iat kepada Nabi SAW di
Aqabah.
Suatu
malam, dua orang pemuda ini masuk ke rumah Amr dan mengambil berhala
sembahannya. Berhala yang biasa dipanggil "manat" itu dilemparkan ke
lubang pembuangan kotoran dalam keadaan menungging, kepala menghunjam ke
kotoran. Keesokan harinya, Amr marah-marah karena kehilangan tuhannya, iapun mencarinya
dan menemukannya di lubang kotoran. Setelah mengambil dan membersihkannya, Amr
meletakkan kembali di tempatnya semula dan berkata kepada berhala itu,
"Demi tuhan, jika aku tahu siapa yang melakukan kekejian ini kepadamu, aku
pasti akan membalasnya."
Pada
malam harinya, kedua pemuda ini mengulang perbuatannya, dan membuangnya pada
tempat yang sama. Pada pagi harinya, Amr terbangun dalam keadaan marah-marah
karena sekali lagi kehilangan tuhannya. Ia mencarinya dan menemukannya di
tempat yang sama. Ia membersihkan dan menempatkannya kembali seperti semula.
Kejadian ini berulang sampai beberapa kali. Karena jengkel hal ini berulang
tanpa tahu siapa yang melakukannya, ia meletakkan pedang di pundak berhala
tersebut dan berkata, "Sesungguhnya aku tidak tahu siapa yang bertanggung
jawab atas perbuatan ini. Jika engkau memang mempunyai kekuatan, pertahankanlah
dirimu sendiri dengan pedang ini."
Kedua
pemuda inipun kembali mengambil berhala tersebut. Melihat ada pedang
tergantung, keisengannya-pun bertambah, mereka menggantungkan pula bangkai
anjing pada berhala itu, dan kali ini membuangnya pada lubang kotoran dari Bani
Salimah yang digunakan oleh orang banyak. Sama seperti sebelumnya, berhala itu
dalam keadaan menungging.
Pagi
harinya ketika Amr terbangun dan tidak menemukan berhalanya, ia mencari ke
tempat biasa, tetapi ia tidak menemukannya di sana. Ketika ia melihat kerumunan
orang di lubang kotoran yang lainnya, ia menghampirinya, dan ia mendapati
"tuhannya" terhunjam ke kotoran dengan pedang dan bangkai anjing di
pundaknya. Amrpun sadar, berhala yang selama ini disembahnya tidak mempunyai
kekuatan apa-apa, bahkan untuk mempertahankan dirinya sendiri walaupun senjata
tersedia.
Beberapa
orang Bani Salimah yang telah memeluk Islam menghampirinya dan menceritakan
tentang agama Islam kepadanya, dan akhirnya ia memeluk Islam.
Amr
bin Jamuh RA adalah seorang sahabat yang kakinya pincang. Anak-anaknya selalu
menyertai Nabi SAW dalam perjuangan membela Islam. Dalam perang Uhud, ia ingin
ikut serta seperti anaknya, tetapi kaum kerabatnya melarang, keadaan kakinya
dijadikan alasan agar ia tinggal saja di Madinah. Ia hanya bisa berkata,
"Sungguh menyedihkan, anak-anakku masuk surga sedangkan aku ketinggalan di
belakang."
Istrinya,
Ummu Walad, sangat gencar mendorong suaminya untuk mengikuti perang Uhud.
Karena itu ketika ia kembali ke rumah, istrinya jadi uring-uringan, ia berkata,
"Wahai suamiku, aku tidak percaya mereka melarangmu mengikuti pertempuran
itu. Tampaknya engkau takut menyertai mereka dalam pertempuran."
Mendengar
penuturan istrinya itu, ia berangkat lagi untuk menemui Nabi SAW. Setelah
keluar pintu rumahnya ia menghadapkan wajah ke kiblat dan berdoa, "Ya
Allah, janganlah engkau kembalikan aku kepada keluargaku..!"
Ia
mengucapkannya dua kali, dan Ummu Walad-pun mendengarnya. Ia melangkahkan kaki
menuju masjid, dan setelah bertemu Nabi SAW, ia berkata, "Wahai
Rasulullah, aku sangat menginginkan gugur syahid di medan pertempuran, tetapi
kaum kerabatku selalu melarangnya. Aku tidak bisa lagi menahan keinginanku, ya
Nabi SAW, ijinkanlah aku mengikuti pertempuran ini. Aku berharap dapat
berjalan-jalan di surga dengan kakiku yang pincang ini."
Nabi
SAW menasehatinya untuk tetap tinggal karena ia mempunyai udzur syar'i untuk
tidak mengikuti jihad atau pertempuran. Tetapi Amr tetap memaksa, sehingga
akhirnya Rasulullah SAW mengijinkannya.
Dalam
perang Uhud itu, ia berjuang bersisian dengan anaknya, Walad bin Amr RA,
dengan gigih ia menyerang musuh, sambil terus berteriak, "Demi Allah, aku
sangat mencintai surga!"
Dua
orang anak dan bapak ini akhirnya menemui syahidnya. Usai peperangan, istrinya,
Ummu Walad yang juga mendatangi medan perang Uhud, menaikkan dua jenazah ini ke
atas untanya, dan juga jenazah saudaranya, Abdullah, untuk dibawa ke Madinah.
Tetapi untanya ini tak mau bergerak, walau dipukul dan dicambuk.
Melihat
hal itu, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya unta ini diperintahkan berlaku
demikian. Apakah Amr mengatakan sesuatu ketika meninggalkan rumah?"
"Benar,
ya Rasulullah," Kata Ummu Walad, "Sebelum meninggalkan rumah untuk
menyertai pertempuran ini, ia menghadapkan wajah ke kiblat dan berdoa agar
tidak dikembalikan kepada keluarganya."
Mendengar
penjelasan ini, akhirnya Rasullullah SAW memakamkan tiga syuhada ini di bukit
Uhud. Atas perintah Nabi SAW, Amr dimakamkan satu lobang dengan Abdullah bin
Amr bin Haram (Abu Jabir) karena keduanya saling mengasihi dan selalu
bersama-sama dalam kehidupan dunia.
No comments:
Post a Comment