Matahari tampak akan
tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak
mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan
sayapnya di sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun
mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau harum yang
mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan
syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di
jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke matahari
serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya.
Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk
menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang
tumbuh di luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab
dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para
malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."
(QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak
wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan
kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa
pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya.
Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan
itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai
meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih
banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan
manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan
kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini
justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika
malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa
dengan kamu)."
(QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat
yang sederhana ini Maryam memahami bahawa Allah SWT telah memilihnya dan
menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah
wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah
kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku."
(QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut
ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan
kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap
pohon mawar dan beliau kembali solat. Maryam merasakan bahawa sesuatu yang
besar akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi
perasaan itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan
tempat tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan duduk di atas
singgahsananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan
putih. Kemudian datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam
solatnya. Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu
beliau membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di
antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari masjid yang hanya ditempuh
beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia sehingga tak
seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi
Maryam untuk melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon
mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia
memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam
yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam
mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi. Beliau tidak mendengar suara
kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di atas
batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak
sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun.
Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang
berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam
berkata dalam dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam
memandang kepada wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang
itu sangat aneh, di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan.
Meskipun kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang
itu justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di
lihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki
kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun.
Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan- akan
orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai
Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di
depannya. Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku
berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang
bertakwa."
(QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah
lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah engkau manusia yang
mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum
dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini
hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang
suci."
(QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum
selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang
menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu,
cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih.
Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang
utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat,
Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat
kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya
dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian
wajahnya. Benar apa yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah
mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi
Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam ingat bahawa dirinya adalah
seorang perawan yang belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan
belum dilamar oleh seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa
melalui pernikahan. Fikiran- fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam
lalu ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata:
Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang
manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang penzina!"
(QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu
berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya
suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu
perkara yang sudah diputuskan."'
(QS. Maryam: 21)
Maryam menerima
kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahawa ini adalah
perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh
seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang
ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan
wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki,
tanpa perempuan.
Biasanya manusia
diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia memiliki ayah
dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk
terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) dari- Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang
yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah
dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang soleh."
(QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin
bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia telah
mengetahui namanya. Bahkan ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara
dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara
ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum
pernah di lihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam
dan memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril
yang suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah
bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya.
Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun
menangis. Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta
kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya,
ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang
dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi
anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang
diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul
dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur
dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama ia membuka kedua
matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan
buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia
mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana
kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat
Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali
ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya
sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan
ini. Kemudian ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi
sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan
baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi
hari. Kandungan Maryam berbeza dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak
merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan sesuatu telah
bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil,
kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang
ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam tidak
mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung
sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam
keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahawa sesuatu akan terjadi hari
itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya
untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa
dikunjungi oleh seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak
diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang
mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang
menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahawa Maryam
sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam
duduk beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai
merasakan sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya,
Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit
akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia
berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu
yang tidak berarti, lagi dilupakan."
(QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan
anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaan-penderitaan lain yang
segera menantinya. Bagaimana manusia akan menyambut anaknya ini? Apa yang
mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahawa ia adalah wanita
yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah
manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang
pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai
menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan
bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan
kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan dan
dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih
hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah
pangkal pohon kurma itu ke arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah
kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini.'"
(QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih
yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya tidak
keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut
dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu
berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya
agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebahagian
buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga
hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir tentang
sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia
berkata kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan
tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih
dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat tetapi ia
langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan
memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak itu
menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa ia
datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya
segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum
lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda
dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh
kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan
kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan
menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya,
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka
terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di
antara mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah
memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan
Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan
waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam
menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka
duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama Maryam melewati pasar
itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil yang didakapnya.
Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu,
anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu
adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya.
Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam
pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak
mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau datang dengan
membawa seorang anak sedangkan engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu
sekali-kali bukanlah seorang penzina."
(QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan
pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu mendengarkan
sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa perkataan
mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahawa
bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya
seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua
tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya
dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan
keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia
menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di
situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahawa Maryam berpuasa dari berbicara
dan meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi
bertanya: "Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang
anak kecil yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di
buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami
akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"
(QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini
hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama
aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali. "
(QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa
menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan
Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di
depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil
yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah SWT
telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa
kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau
menghakimi mereka melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang
turun di bumi. Atau pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa
akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan datang kepada mereka dengan
kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia
kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama
Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara ajaran- ajaran Musa dan
tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai perbezaan antara
bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi
menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian.
Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar.
Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri
mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita tentang
itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang
kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang
Palestina dan orang- orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti
mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya.
Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia mendengar
berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang
dikatakan ia mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan
pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian
bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk
diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para
mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang
hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan
bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala
mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami telah
mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat
mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku
untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas
bagi kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu
anggota mata-mata raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang
terpercaya bahawa tiga orang dari orang-orang Majusi datang di balik suatu
bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut
mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil
yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat
menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang
mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya kerana orang-orang
pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."
Hakim berkata:
"Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita anak
kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?"
Hakim melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai
berbicara dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik
itu dan aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan
informasi yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang
bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi
yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim
berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari
merpati jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini.
Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari
sini."
Anak buah Heradus dan para
mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan masalah tersebut.
Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan
kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan
Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil
pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang
Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara
kepadamu tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta
Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu.
Heradus berkata: "Aku
mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil yang bisa
berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan menyelamatkan
kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu
berkata - dan ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang
tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan
agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli
sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta."
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa
seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada
dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus
bahawa ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata:
"Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang penyelamat
bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang
mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah
persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini
adalah bentuk pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan
membiarkan aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal
itu adalah berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan
di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata:
"Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang, apakah
kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang
mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu
berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika
dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi
rakyat biasa."
Heradus berkata:
"Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa selain
mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar
berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada
isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir,
bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada
kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai
berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti
bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak
diketahuinya?
Heradus berteriak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua orang
yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dia
memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh
setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina
menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang
yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta
menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan
keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya,
"Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa
mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya
Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin
membunuhmu."
Maryam bertanya:
"Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga.
Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi
yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir.
Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam
berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana
ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur
al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di
Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta
cuacanya yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan
berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah kepada
Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina.
Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu
berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki
singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang
yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan
Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi
dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat
penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak
ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau
memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi
seorang wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik
penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan
di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan berbagai macam
tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari
Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari Sabtu adalah
hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia sebagaimana
mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur
saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka
tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan
kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam
larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi
palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau
memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil doktor.
Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk
mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari
Sabtu. Kemudian, berpergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua
ribu ela. Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat,
hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau
paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka
timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum
Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah
mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah
mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun
bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan
banyak mendapatkan jaminan-jaminan, maka kita akan melihat bahawa mereka siap
untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka
untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat
adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan kepentingan
peribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan
mata pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya,
terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh
melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana
mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu,
padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu ela dari
rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat
mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian makanan yang
berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan
suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua
ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan.
Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah
pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka
mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh
kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala
sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang
menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka
mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa menetapkan agar seorang anak
menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan memerlukannya.
Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan
menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana.
Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka
ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua
hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat
itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka
berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah,
maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta,
dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian tertentu dari hartanya kepada
para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana
kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan
kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat
kesucian dan dua puluh enam solat yang harus mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahawa
meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan
cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral mereka telah rosak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan
menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak
membanggakan pakaian- pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan
dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak
lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang
menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga
tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang
dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar.
Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua
buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan
semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.
Isa mengetahui bahawa
menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan luaran sementara
hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut buah dan
memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi
tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para
pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat
sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya.
Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau
yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari
kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu
yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan
cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang- orang yang ada di
situ.
Nabi Isa berdiri cukup
lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia
mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama
mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku
yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun,
mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas.
Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang
putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu
dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini.
Nabi Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit
daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu
dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat
penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah. Yaitu
korban yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat
penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di
tempat penyembahan itu akan menghasilkan wang.
Di tempat penyembahan
Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang
disembah oleh manusia di zaman itu adalah wang. Jadi, kemewahan materi atau
kekayaan adalah nilai satu-satunya yang kerananya manusia akan bergulat satu
sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja
sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu
pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari
korban-korban di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru
dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam
menentukan korban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun
berpendapat bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari harta haikal
sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal adalah hak
mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan korban itu harus
dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk
membakar haiwan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum
Shaduqiyun mereka mengambil haiwan sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan
bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang mereka miliki.
Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya
untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati
saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu
Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati
sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar.
Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik
toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa
yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu
membeli haiwan korban sehingga mereka tidak mampu berkorban; Nabi Isa melihat
bagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti
serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara,
padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka
mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan
darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko
mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan
mengeluarkan banyak wang untuk membeli binatang-binatang korban? Mengapa
binatang-binatang korban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta
lalu apa yang mereka lakukan dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat
orang-orang fakir di haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang
memasuki rumah dengan keharusan membawa wang?
Nabi Isa pergi dari tempat
penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi
dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin
pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri
di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat. Titisan-titisan air mata
mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan
menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana kehausan lalu ketika
ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan
mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana
beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah
ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan
Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka
berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah
wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar ia memulai
dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran
halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah.
Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan:
beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang
tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya
bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang memancarkan sikap
rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani. Ajaran Nabi Isa
berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan
pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan
pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu,
maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi
menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan
rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul
pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul
pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam kerana
ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah
pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang
Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada
di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan
dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini?
Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa
sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak
menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang
tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta
mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas, tindakan yang
dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya dari Allah SWT. Nabi
Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada
cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi
sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya.
Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa
yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman
yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan
kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin
memberitahu mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan
dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki
adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak
binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri mereka
sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka
memberikan makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan binatang
adalah perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat
cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat
membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal
itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya.
Al-Masih memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna
kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.
"Aku mendengar bahawa dikatakan,
hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan membenci musuhmu,
sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang
yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan solatlah
untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian."
(Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan
menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita berusaha
membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada
hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian.
Al-Masih mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal
dalam kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme
tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya
untuk mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai
puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang
berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri
dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan
roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku individu, bukan
suatu sistem perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber
utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan membimbingnya untuk
mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang dengan didukung oleh
Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah
SWT memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya
sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah
atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi ia
tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh kerana itu, apakah memang Jibril
menemani Isa sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi
tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi
malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang berupa
mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan
orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan
yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka
tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain
itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga
beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat
di mana kita saksikan bahawa sebahagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT
dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahawa jumlah
isteri- isteri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan
tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya
khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di gua,
maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di
tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak
terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang
diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih
dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa
dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika
Allah mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan
kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat
berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan
(ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir yang nyata.' Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang
patuh (kepada seruanmu).'"
(QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan
lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia
saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan
yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau
membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi
burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima,
beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat
mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran al-Karim:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami,
turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya)
akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah
kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman:
'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang
kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan
menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusia.'"
(QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu
adalah turunnya makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin. Juga terdapat
mukjizat yang ke tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi
kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun beliau
tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika
kamu benar-benar beriman. "
(QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa
yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat
mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya
di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa mukjizat adalah hal
yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu
menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya
nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan
mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik
mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana
itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang
dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di tengah-tengah
kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari gunung atau mampu
membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum
yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh kerana
itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai
sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa
tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para
tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi
Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari roh dan
hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya sekadar tubuh tanpa roh.
Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk adalah rohnya atau
jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst
adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari
tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di
tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya
mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari
akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa
yang materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa
terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa
seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa
alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini
sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia
mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir.
Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh
kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan
ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. "
(QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa
mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak
Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta
sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya
di antara kaum yang hanya mementingkan fizik sehingga mereka mengingkari roh.
Seandainya kita mengamati sebahagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan
melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang
mampu membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah
itu menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya roh. Semula ia berupa
tanah yang bersifat fizik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi
ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang
memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu
itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi,
roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping itu, juga ada
mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan
adanya roh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah
ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia
hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan
tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati
hanya berupa fizik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan
mampu bangkit dari kematiannya kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu
mampu bangkit dari kematian. Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya
serta berbicara. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad.
Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini
bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah
kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan mustahil
tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang
yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumnya yakin bahawa kiamat fizik akan terjadi dari
kematian dan itu adalah benar dan bahawa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat
yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa yang mereka
simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke rumah
mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa panca
indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah
mereka tetapi rohnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka.
Jadi, rohani adalah nilai yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan
kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru
kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan
tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang
yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan
dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada para
pengingkaran akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada
penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah
mengatakan bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada
hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai
oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran
kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung
oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran al-Karim
menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah
dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya
adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada
Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Quran memberitahu kita
bahawa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut adalah
kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka,
sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk
mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk
menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman
bahawa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu
bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan
tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan
persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pernah
disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah lima ratus tahun
dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui
apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih
tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha menyingkap
dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika
Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'"
(QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Quran secara tegas
mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Quran ingin
mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan
kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri.
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah
di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa tidak ada perantara antara
Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah dan yang
disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci
yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang
pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang
bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap
syariat di mana mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan
sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang menjaga
syariat bahawa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang
untuk menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih
menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi
pengertian kepada orang-orang Yahudi bahawa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa
mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat
yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka
fahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain.
Sedangkan wasiat yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya
hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah),
tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa.
Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat
seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata:
"Sesungguhnya lebih baik
bagi manusia untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat
menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang
dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi
pengertian kepada kaumnya bahawa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu
kerana merupakan "kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di
atas mulut-mulut manusia."
(Injil Mata 21 sampai
48).
Dakwah Nabi Isa juga
berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi masyarakat saat
itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan munafik,
pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari
sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai
mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan
perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi.
Tetapi hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat
samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu
kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat memilih
gaya hidup mereka kerana pada gilirannya akal mereka akan menjadi cermin
darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati
tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar
tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak
gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau
mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi
kepadanya kerana manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu
waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi
ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka
berarti ia jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah
manusia menjauhi dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan
dikuasai oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan
Allah SWT kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada
diri mereka, maka itu dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT
dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta
bimbingan-Nya. Allah SWT lah yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin
kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang
paling kecil urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu
kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang salah, yang tidak
pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para
penyembah berhala kerana penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik
darinya, sedangkan orang- orang yang beragama mengetahui bahawa di sana
terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT
dan tidak begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan
mereka lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka
dan akan menjamin kehidupan mereka. kerana itu, yang layak bagi mereka adalah,
hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan rohani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa
menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadian-kejadian yang akan
datang dan persoalan-persoalan esok hari kerana esok hari sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti,
maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah
Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang
ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk melakukan kejahatan
kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari
sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar mereka
memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang mengatakan:
"Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu
sendiri"
Nabi Isa terus
melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT serta tidak
menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia untuk membersihkan
rohani serta hati dan berusaha memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu
sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan
Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan menyatakan
peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka. Mula-mula
pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut kerana mereka
melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan dalaman antara kelompok-kelompok
Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka
sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta
Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka
ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa datang untuk menghancurkan
syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merejam wanita yang berzina. Para
pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak direjam. Mereka berkumpul
di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat menetapkan
untuk merejam wanita yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar,"
Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa memandang
wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahawa para
pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta
itu menunggu jawapan Isa. Jika ia mengatakan bahawa wanita itu tidak berhak
dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahawa
ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa
syariat cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami bahawa ini adalah
persekongkolan. Beliau tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau
melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barang siapa
di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merejam
wanita itu."
Suara beliau yang keras
itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau menetapkan peraturan baru
yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah.
Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak
berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah
jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha
Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang
mengasihi.
Nabi Isa keluar dari
tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari belakangnya. Lalu
wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang berharga.
Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu menciumnya
dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia mengeringkan
kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al- Masih mempakan harapan
terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang
tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa
kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya;
"Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang
lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata:
"Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang
memiliki wang yang cukup untuk melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan
mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya."
Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling senang kepada
kreditor itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.''
Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku
telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku air agar aku
dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku dengan air mata
lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak
memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan hanya
mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati wanita itu
dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barang siapa yang banyak mencintai nescaya
kesalahan-kesalahannya akan diampun." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu
dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah,
ampunilah wanita ini dan hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha
menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai yang menyeru di jalan Allah SWT
bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa melihat keadaan
masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah SWT
yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia. Jadi, rahmat
adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri
mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada
Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya agar menyayangi diri
mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan
kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana
diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai
pakaian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil
menangis serta wajahnya tampak pucat kerana kelaparan dan bibimya tampak kering
kerana kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil.
Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin
Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana
rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab:
"Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa
lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan solatku di waktu musim dingin
di saat matahari terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi,
pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia,
teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan
orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati
sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak
menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan
tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan
dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat
bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu menjadi burung
dengan izin Allah SWT. Selain itu, hujung bajunya yang sederhana jika tersentuh
orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan
tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang
nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa.
Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka
sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
Para ahli tafsir
mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu
temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak
perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di
zaman Nabi Isa. Ketika orang- orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka
berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka
tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan
tidak sedarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk
membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir
mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum
kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai
kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang
mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya
tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa
beruban, sementara di zamanmu kau tidak. ada uban," Sam berkata: "Ya
Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang
mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira bahawa kiamat
telah tiba. kerana takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku
beruban."
Apa pun yang dikatakan
berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa
menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks
Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT
hanya menyebutkan bahawa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan
izin-Nya. Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita
tidak mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka
sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di
jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum roh.
Beliau menaiki gunung dan para sahabat- sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi
Isa melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang
yang fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah
mereka sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan
awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh
beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka memiliki kerajaan langit.
Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana mereka akan menjadi orang-orang yang
mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat kerana mereka akan mewarisi bumi.
Beruntunglah orang- orang yang lapar dan haus kerana mereka akan dikenyangkan.
Beruntunglah orang-orang yang menyayangi kerana mereka akan disayangi.
Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya kerana mereka akan melihat Allah
SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran
kerana mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam bumi jika
garam telah rosak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi
garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa,
"kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang
memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan menjadi hambar. Yakni,
tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah
SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di samping itu,
kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan
keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada
gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan
kepada "garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika
Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
patuh (kepada seruanmu).'"
(QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui
kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya,
sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan
keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman.
Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua nabi
menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami
memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap
Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak
mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati
dan anggota badan serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan
sedikit lebih tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan
puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasian antara
tindakan dengan fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari kesalahan dan
memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al- Karim memberitahu kita
bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka beriman
kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah
sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita mengetahui bahawa
Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah
SWT berfirman:
"Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..."
(QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu
di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka menuju ke jalan
fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai
jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawapan Nabi Musa terhadap
pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata:
'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. "
(QS. Thaha: 49)
"Musa berkata:
'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya kemudian memberinya petunjuk. "
(QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini
sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana wahyu
Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka demi kebaikan
mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtiar
mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan
dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang dipenuhi
dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan
kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun beriman
dan mereka pun bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah diri atau
Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin
menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin
menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka: "Siapakah di antara kalian yang
menolong aku menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang
akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?' Para
Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong (agama)
Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman
kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, kerana itu
masukkanlah kami ke dalam golongan orang- orang yang menjadi saksi.'"
(QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan
bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam sehingga mereka pun
berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar
gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya yang bernama
Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika
Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan
memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir
yang nyata.'"
(QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui
secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar berita tentang kedatangan seorang
rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah khabar berita
itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau apakah
beliau menyampaikan khabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau
diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Quran tampaknya khabar berita
tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya:
"Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam
ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut menunjukkan bahawa Nabi
Isa menyampaikan khabar gembira dengan datangnya Muhammad atau Ahmad ketika
Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa
berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti penghidupan orang yang mati,
peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti- bukti
yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahawa ia membawa sihir. Nabi Isa
mengetahui bahawa tuduhan semacam ini telah dialamatkan kepada sebahagian besar
para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan
mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahawa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan
antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah orang-orang
yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka
dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta sistem
mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan
keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan
orang-orang yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian.
Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa
aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian
tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut
menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para nabi
adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan
beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai
peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahawa
tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan
kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang
terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan
kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti biasanya
bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala' adalah para
pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya.
Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi
meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar
yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak untuk
menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak kerana penghambaan hanya
pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka
sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk
membangun kejayaan peribadinya atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap
mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti
dan mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau
begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu seseorang
nabi harus membawa senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan
senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi
tidak menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain berusaha untuk
membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa
untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan senjata
sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai
senjata yang berbeza-beza. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang
dapat menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi
Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah
mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti
ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi
berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya
api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim)
dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti
menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi
berupa pedang yang dipegang di tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan
mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi
berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti mahupun kapasitinya. Allah SWT
mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT
sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi
pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak
dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh kerana itu, sesuai dengan
kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di
jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi
Allah SWT.
Isa bin Maryam telah
menyampaikan bahawa beliau adalah seorang pejuang yang membawa senjata.
Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat
yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan,
kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada
kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus
pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi
pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha
dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya
pemikiran- pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar
kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa
peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi
pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahawa
sebahagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari masyarakat yang
menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada
akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahawa para nabi
berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui
kisah para nabi, kita mengetahui bahawa bagaimana serangan masyarakat, para
pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita
seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka.
Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh
kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat
di mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi,
sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu
Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau
tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus
melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan
hati serta menyucikan roh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh
mereka merupakan masalah yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga
di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat menentang atau
seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang
isteri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si
isteri kafir. Perbezaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang isteri dengan
suaminya menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal
ini, masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan
tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka
kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang
bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang untuk
memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi
meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu
undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang yang tidak sesuai
dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama
cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada
sesama manusia." Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari
kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata:
"Janganlah engkau mengira bahawa aku datang membawa kedamaian di bumi, aku
datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan
seorang anak berbeza dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeza dengan
ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barang
siapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka
ia tidak berhak mencintaiku, dan barang siapa yang mencintai anak laki-lakinya
dan perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang siapa yang
kehidupannya merugi kerana aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan:
"Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih adalah, ketika al-Masih
datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di dunia ini
lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih datang,
ia menjelaskan kepada para muridnya bahawa hal tersebut tidak benar, kerana
jika ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka
akan terancam kelaliman dan mereka akan mati kerana tajamnya pedang. Maka
hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah
mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah
masyarakat Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang
fakir, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa,
sedangkan kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu
sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan
penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan bagaimana kemarahan
al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan
baik atau mengabdi kepadanya secara peribadi dengan baik. Injil Mata mengutip
pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini,
Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar yang
berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian
tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka
mengatakan, sesungguhnya ia terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak
manusia yang makan dan minum lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang
ahli makan dan ahli minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan
penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan dihadapinya.
Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai tindakan
generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi
petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk- duduk di
pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata:
"kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas
kasih kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan
dengan pernyataan itu tentang apa yang diperbuat anak- anak kecil saat mereka
bermain-main, di mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka
bergembira dengan menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah
mereka sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui
pertimbangan dan kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat mereka
mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al- Masih. Yahya
telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan dan tidak minum
dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak bergaul dengan
sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi yang ahli ibadah
tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan bahawa ia terkena
syaitan. Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum
bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya dan
mengatakan bahawa ia suka makan dan minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar
dalam menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu
adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang
dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di
sana terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh dan bertaubat.
Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah
generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam
menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang fikiran
mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak- anak kecil yang suka
bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka
tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar
biasa.
Allah SWT kembali
memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini
adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi tersebut
menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman
kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah
kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada
kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam
yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan
dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya
kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah
kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah
(turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan
yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat
manusia.'"
(QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita
terhairan-hairan ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin
Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam
fikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap
kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan
sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada
Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para ulama berbeza pendapat.
Sebahagian ulama mengatakan, bahawa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?'
Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang
membenarkan perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu
dilontarkan saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak
mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa berkata dalam jawapannya terhadap
pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu benar-benar orang
mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir
ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas Al-Quran dan
tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya,
apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebahagian ulama mengatakan bahawa perkataan
tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal dari Bani
Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan demikian kecuali
mereka hanya sekadar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain lagi yang
mengatakan bahawa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi
dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca
oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu
terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia
dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa
kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi
berpendapat bahawa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT
tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan
keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan
perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?' Allah
berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya,
tetapi agar bertambah mantap hatiku.'"
(QS. al-Baqarah: 260)
Oleh kerana itu, kaum
Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana Nabi
Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang
membuat kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan
mereka: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.'
Yakni, hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT kerana
kalian tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti-
bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman
terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat- mukjizat atau
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan,
sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat- mukjizat bagi kalian
seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami
ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin
bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan
kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau melarangnya. Jika Nabi Isa
keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau lebih. Sebahagian mereka dari
kalangan Hawariyin dan sebahagian yang lain campuran di antara pengikutnya dan
musuhnya. Dikatakan bahawa mereka berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan,
lalu para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa
apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita makanan
dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu
kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan
mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan
mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar
sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin
menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa
hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa adalah Nabi yang diutus untuk mereka.
Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana mereka menyaksikan kebatilan mereka
sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat
mereka akan diminta pertanggungjawaban.
"Dan supaya kami
yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami mengetahui bahawa
engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan
itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi
orang lain yang tidak menyaksikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka
peristiwa yang terjadi."
Isa putera Maryam berdoa:
'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit
(yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang
yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.'
Ketika kaum Hawariyin
bertanya kepada Isa bin M aram agar diturunkan makanan dari langit, maka Nabi
Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian beliau melangkahkan
kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu beliau
menundukkan kepalanya dalam keadaan khusyuk dan tunduk kepada Ala SWT. Kemudian
beliau membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya
bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan
besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu
manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan ini
sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa
sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud
yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang
belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata,
"Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya kepada
Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta
berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum
Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak
daripada kami dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil
wuduk dan solat. Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu
dan membukanya. Tiba- tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang lazat yang
tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan
dari dunia atau dari syurga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan
kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari
langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari
syurga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang
luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeza
pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan
atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahawa
pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang
perlu kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia
diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan
"Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan
tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu suatu tanda yang
Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan menyeksanya dengan
azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama berbeza
pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut
pendapat majoriti dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan, sesuai
dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan
pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak habis. Setiap orang
yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia sembuh dari
belangnya akibat memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makanan itu,
orang yang sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu
dijadikan hari raya dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut
Nabi Isa. Kemudian berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan
mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil-
Injil yang mereka akui. Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan
dalam surah al-Maidah, Allah SWT menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi
Isa bin Maryam. Allah SWT berkata setelah menceritakan kepada kita tentang
turunnya mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika
Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau beri padaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyeksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya
mengalir sungai- sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah redha
terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang
paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
(QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut,
Al-Quran menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks Al-Quran berpindah secara
mengejutkan dari turunnya makanan kepada sikap atau dialog antara Allah SWT dan
Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa
putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat
bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan murni meskipun tampak
dalam bentuk pertanyaan kerana Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh
Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada
yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa kaumnya telah
mengubah ajarannya sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada
lagi yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk
mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada.
Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap
dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir bahawa Nabi Isa terlepas
dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya
sepeninggalannya. Konteks Al- Quran menunjukkan tentang peristiwa ghaib yang
belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh kerana itu, Al-Quran
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Quran
menyampaikan berita ghaib ini kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui
hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya
kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab
kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab,
Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan
kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap
azab- Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT
berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah aku dan
ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar terhadap perkataan itu
sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia
berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku
miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan
seorang yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah
mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa
menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku
tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahsiaku dan
apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau
sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara
yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau
yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau
angkat aku dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa
yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu.'
Demikianlah
kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya mengajak
manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan aku
menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau
mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah- tengah mereka dan mengajak mereka
ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi
mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam
pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya."
(QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya
ajal. Kedua, bahawa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang
menidurkan kamu di malam hari. "
(QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan
kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa,
sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku. "
(QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas
dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa
mengumumkan bahawa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertauhid
dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa
kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT:
Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu.
Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak
ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam
kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba
tidak memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika
Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi,
jawapan Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada
kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah
hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan
menyeksa mereka sesuai dengan seksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia
berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka kerana Dia mengetahui kerana
mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak
ini, Isa menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas
diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan -
pada awal pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada
akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT.
Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan
Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman:
"Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan dapat
mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan
mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka syurga
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya.
Demikianlah balasan
orang-orang yang benar, syurga. Dan ada balasan yang lebih baik dari syurga,
yaitu kepuasan (redha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT
terhadap hamba. Pengertian kepuasan seorang hamba adalah kegembiraannya
terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT
terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat
Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya.
Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan
dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahawa singgasana mereka
terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk menangkapnya.
Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan.
Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan
mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan syaitan. Ketika
mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka
melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya,
maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang
Romawi.
Mula-mula pemerintahan
Romawi tidak turut campur kerana menganggap bahawa perselisihan-perselisihan
antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan
kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang
tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan
demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi
tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir untuk membunuhnya. Mulailah
para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang
cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menimbulkan
kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi
bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi
kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka,
"Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada
kalian."
"Meja pengkhianatan
telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi
berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh
lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli
seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi."
(penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang
menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa
kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan
agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju
dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat
sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak
memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu
dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil
meyakinkan kekuasaan Romawi bahawa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan
kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahawa masalah
yang mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka.
Kemudian mereka menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang
mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah
diputuskan bahawa Isa harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui
oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses pembunuhan Isa di
mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke
langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses penyaliban Isa dan kematiannya,
sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang
bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan
orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh majoriti kaum
Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan disampaikan oleh para ulama
dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta
kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan,
"Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan bahawa ia harus dibunuh.
Kemudian para anggota majlis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para tokoh
mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan
mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata,
"beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu
al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh. Adalah sudah menjadi tradisi
di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang ditetapkan untuk
dibunuh sebelum pelaksanaan hukum tersebut. Oleh kerana itu, para penguasa
Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syariat
Musa menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun
orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus
mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan terus- menerus sehingga
punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan nafasnya nyaris tinggal
sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan hukum bunuh kepadanya.
Demikianlah yang dilakukan oleh tentera terhadap penyelamat kita.
(Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan,
lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentera agar mereka menyalibnya.
Kemudian para tentera membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur.
Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka di
tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan
maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka
terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di
atas kepalanya.
(Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada
suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim.
Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan
minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan
hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya.
Tetapi para tentera menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu
gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang pahit."
(Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan
(cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh: "Sehingga mereka sampai
ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka memberinya minuman keras
yang bercampur dengan empedu agar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia
enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di
sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis:
Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama
Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata,
"wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada tiga
hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah
dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian
riwayat kaum Masehi tentang proses penyaliban serta penafsiran mereka berkaitan
dengannya. Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang catatan yang
terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang paling
baik dalam bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh
agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk difahami dan lebih sederhana. Kami
telah mengemukakan sebahagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam
akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeza dengan riwayat yang ada
dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan
kehidupan akhir yang dialami oleh Isa mahupun tabiat Isa yang merupakan sumber
perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran al-Karim menceritakan bahawa
Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya
tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di
sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya
tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di antara mereka. Allah SWT
berfirman:
"Dan kerana ucapan
mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih, Isa putera Maryam, Rasul
Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi
yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa, benar-
benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak pula yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya."
(QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga
berfirman:
"(Ingatlah), ketika
Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu pada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang
yang kafir. "
(QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam
sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara beragumentasi
terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebahagian mereka meyakini
nas-nas Al-Quran saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak
mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Quran. Kedua
metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan
dengan pendapat yang pertama mengatakan bahawa Nabi melarang untuk membahas
kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka
dan bagi kita agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala
perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang
berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut
terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa
jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab
lain selain kitab mereka, yakni Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan agar
mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar- benar tertanam
dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah menetapkan bahawa seorang
yang alim harus banyak menggali kitab- kitab kuno dalam rangka mengetahui
kebenaran dan jika ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya
dengan kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan
dengan kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Quran, kita tidak
menemukan perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan
Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan
salah seorang di antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang
di antara mereka. Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di
antara mereka sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan
singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua,
mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah SWT
menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al- Askhariyutha yang
menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka
tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini
sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para
tentera mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu'
mendengar kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh kerana itu,
ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat
sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya,
maka Dia memerintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril
(Izrail) yang mereka semua adalah para utusan- Nya untuk mengambil Yasu' dari
dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil
Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah selatan. Mereka membawanya dan
meletakkannya di langit yang ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu
bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang
di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang tidur
semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar biasa di mana Yahuda
berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali dengan
Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah membangunkan
kami, ia mencari-cari di mana si guru berada. Oleh kerana itu, kami merasa
heran dan kami menjawab, "bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah
sekarang engkau telah melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat
dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam
itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa
rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan
makanan."
(QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata,
"Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia mengusap bumi dan membersihkannya
serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu kerana saking
hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka
untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang
meriwayatkan tentang kesucian spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata:
"Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak,
demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah
SWT dan penglihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan kesucian rohani
Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah
SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima penyataannya dan ia
kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah
SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong kerana engkau telah
bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahawa suatu hari Nabi Isa
berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai anjing yang busuk
baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat menderita dengan
bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata: "Lihatlah betapa putih
giginya."
Isa ingin mengajari
manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa menekankan agar
mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Isa merupakan
puncak dari ketinggian rohani dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau
lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua
para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari
berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam
di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat
disebutkan bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan
penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi
ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu
adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.'
Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan
Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi
adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih
sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan)
malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang siapa yang enggan dari
menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka
semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal soleh, maka
Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebahagian
dari kurnia- Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka
Allah akan menyeksa mereka dengan seksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. "
(QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam
Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa
diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada
hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi mengatakan, dia adalah
Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih
pendapat tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebohongan di mana terdapat di
dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Quran al- Karim telah
membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahawa Allah SWT Maha Suci dari
segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk
ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. "
(QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah
berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia."
(QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang
kafir) berkata: Allah mempunyai anak.' Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di
langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya. Allah
Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia."
(QS. al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang Yahudi
berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan orang-orang Nasrani berkata: Al-Masih itu
putera Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir terdahulu. Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana
mereka sampai berpaling?"
(QS. Al-Aubah: 30)
Nas tersebut
mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka dari
umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan
penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah
kafilah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera
Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi
kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu
berserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?'
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya; Dia menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu."
(QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,'
padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan Yang Esa."
(QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran
al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan yang tumbuh
setelah pengangkatan al-Masih. Al-Quran menjelaskan bahawa al-Masih adalah
hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba
dan rasul adalah kata yang sangat jelas ertinya, adapun yang dimaksud dengan
al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim
memahami bahawa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada
Maryam sedangkan ar-Roh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh
Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa
dengan roh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah)
ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus."
(QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan
keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari kehidupannya dan
setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita tentang
karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita
ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan
mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi - di antara
agama-agama yang lain - dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan
al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya.
Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani merupakan agama
yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu
dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang- orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman
ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang
demikian itu disebabkan kerana di antara mereka itu (orang-orang Nasrani)
terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka
tidak menyombongkan diri."
(QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para
pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam
hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan mengurung diri di biara)
padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang
mengada-adakannya untuk mencari keredhaan Allah."
(QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi
dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran terhadap ketuhanan al-Masih dan
pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya terhadap
orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu: Pertama,
bahawa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui
hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang
Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di
hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga,
sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang
dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari
keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada
kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia
dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada
setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya?"
(QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang salah."
(QS. al- Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli
kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita
menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).'"
(QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahawa
ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai
individu sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan
keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita
menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka
perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa mereka lebih
dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang
menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan
kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan
keyakinan mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang melarang untuk
memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah:
'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin beriman
hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir."
(QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, kerana
keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan kerana ia berarti
mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah syarat dari
keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat
dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan
tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan
dan kebodohan bahawa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para
pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan
seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung
dan akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban
oleh para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang-
orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi
asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali terbit. Dalam suasana
keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun suatu
individu Muslim yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai, maka
sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahawa salah
seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak
berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada
orang lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah
perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang
untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi petunjuk
melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan dua
mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama
mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. Dan yang
kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia
diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya
atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit.
Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan
orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria
al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki
dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang
masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana
seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka
berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan
ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan
dalam memeluk agama (Islam)."
(QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran
dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka
beliau memberi mereka setengah dari masjidnya agar mereka dapat melaksanakan
solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri
untuk melakukan solat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya bahawa
ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab: "Bukankah ia adalah
manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda: "Barang
siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka
aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan
langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika
disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam
berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya.
Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di
sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah
itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain?
Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT mengangkat Isa dengan fiziknya dan rohnya
di sisi- Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah
mengangkatnya di sisi-Nya."
(QS. an-Nisa': 158)
Juga sebahagian hadis yang
mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan
mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti, mereka mengatakan bahawa Nabi
Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan
nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh para nabi
diangkat, begitu juga roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada.
Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah
berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir."
(QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih
pendapat yang pertama kerana ia sangat sesuai - sebagai mukjizat yang luar
biasa - dengan kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi dengan
mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya.
Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment